Kamis, 16 April 2015

Pendekatan Utama pada Korban



Pendekatan Utama pada Korban


Secara prinsip, sebagian besar korban jangan ditinggalkan/dibiarkan tergeletak di tempat kejadian meskipun, misalnya, patah tulang sudah diberi bidai untuk fiksasi, atau luka sudah diverband. Yang paling perlu dilakukan adalah melakukan tindakan darurat untuk melancarkan/menghindarkan sumbatan jalan pernafasan dan menghentikan perdarahan kalau ada serta mengusahakan agar tulang leher jangan banyak bergerak (difiksasi).
Sering terjadi, korban akhirnya meninggal dunia karena tidak segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang semestinya. Perlu diingat pepatah golden hours = jam emas (Saat-saat yang paling bermanfaat memberikan pertolongan kepada korban). Prinsipnya, bawalah korban segera mungkin ke rumah sakit untuk mengejar batas golden hours ini.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dan diketahui serta segera dikorek dari saksi dan korban:
·           Apakah kejadian tersebut merupakan kecelakaan, kebetulan atau disengaja.
·           Seberapa berat tekanan/beban dan kecelakaan yang menimpa.
·           Bagian tubuh yang terkena bencana dan kejadian.

Korban yang jatuh dari ketinggian
Di samping bagian tubuh yang langsung kontak dengan benda keras tempat jatuh, agar diperhatikan bagian tubuh lain yang mungkin juga mengalami akibat benturan. Misalnya, kekerasan yang menimpa daerah panggul, mungkin daerah yang langsung kontak dengan kekerasan hanya luka memar dan lecet ringan, tetapi perlu dipikirkan juga kemungkinan patah tulang panggul yang bisa memberat bila pertolongan pertama yang diberikan secara tidak memadai.

Seorang yang jatuh dalam posisi berdiri
Seseorang yang jatuh dalam posisi demikian bisa saja kedua kakinya tidak apa-apa tetapi mungkin malah mengalami kelainan batang otak yang berakibat fatal.


Korban kecelakaan besar
Korban kecelakaan besar tidak bisa diabaikan meskipun luka-luka di luar tubuhnya tidak jelas/atau bahkan ringan. Bisa jadi organ bagian dalam tubuh korban sudah luka­luka seperti jaringan hati, ginjal atau limpa. Misalnya, kecelakaan lalu lintas antara mobil kecil dengan trek kontainer.
Setelah selesai menilai beratnya kondisi kecelakaan, maka tahap selanjutnya adalah menghitung jumlah korban dan menentukan prioritas yang perlu segera ditolong. kemudian mengumpulkan saksi-saksi untuk ditanyai.
Perlu diingat waktu yang paling tepat untuk menolong korban. Makin segera diberi pertolongan makin baik.
Anda tidak perlu mengharapkan menjadi pahlawan dengan tergesa-gesa menolong korban tanpa memikirkan keselamatan diri Anda sendiri. Lebih baik Anda mengusahakan pengangkutan korban yang sudah dinilai keseriusan kondisinya ke rumah sakit terdekat.


Langkah-Langkah dalam Menghadapi suatu Kccelakaan

Dalam menghadapi suatu peristiwa kecelakaan adakalanya kita menjadi panik karena tidak tahu menahu mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana bertindak dengan tepat sehingga korban kecelakaan dapat diberi pertolongan pertama.
Berikut ini dapat disimak langkah-langkah yang bisa kita lakukan dalam menghadapi suatu kecelakaan:
·           Tentukan apakah ada hal-hal lain yang mungkin menyusul kecelakaan pertama.
·           Tentukan mekanisme terjadinya kecelakaan.
·           Tentukan jumlah korban kecelakaan.

Setelah melaksanakan ketiga langkah ini lakukan penyelidikan secara cepat dan tegas, apakah kecela­kaan tersebut mengancam kehidupan si korban atau tidak. Penilaian ancaman ini dapat dilakukan hamya dalam waktu 2-3 menit.
Kelainan yang mengancam kehidupan antara terjadinya penyumbatan pada jalan pernafasan, denyut jantung berhenti, atau ada luka terbuka di daerah rongga dada, atau terjadi penurunan kesadaran:
·           Penyelidikan cepat yang dilaksanakan berdasarkan asas A, B, C (Air, Breath, Cardio vasculer). Ajukan pertanyaan: Apa yang terjadi? Amati apakah korban bereaksi. Perhatikan apakah jalan nafasnya teratur atau tidak. Hal ini akan memberikan informasi kesadaran dan aliran nafas korban.
Oleh karena itu:
-          Perhatikan keadaan jalan nafas dan kondisi tulang leher,
-          Perhatikan jalan udara pernafasan.
-          Perhatikan korban dari depan, dan bertindaklah sebagai satu-satunya orang yang akan memberikan pertolongan.
-          Raba denyut pembuluh nadi bagian luar pergelangan tangan, pembuluh leher atau pembuluh nadi di lipat paha untuk mengetahui kelancaran aliran darah (blood cirlulation) korban.
-          Untuk meraba nadi jangan gunakan jari jempol tetapi jari tengah bersama-sama jari telunjuk dan jari manis. Denyut nadi diniliai dari keteraturan, kekuatan dan
-          Jumlah denyut (lihat Gambar I. )
-          Bila Anda tidak menemukan denyut nadi berarti kondisi korban sudah sangat buruk, karena biasanya pada keadaan tersebut tekanan darah sistole sudah turun sampai 90 mmHg. Sebagai patokan umum, bila Anda masih merasakan denyut nadi pergelangan tangan, berarti tekanan darah biasanya sekitar >90 mmHg.
-          Tetapi bila Anda tidak menemukan lagi denyut nadi, berarti tekanan darah korban sudah turun <90 mmHg. Dalam kondisi seperti ini korban termasuk prioritas dibawa segera ke rumah sakit, karena memerlukan tambahan oksigen atau usahakan udara sekitar korban lebih banyak dan lega.

·           Menilai beratnya kejadian dan bencana
Bila dari penilaian awal ini kondisi korban ternyata berat segera dilarikan ke rumah sakit terdekat agar akibat kecelakaan bisa diminimalkan.
Gambar I. Meraba nadi

Korban Kecelakaan dan Kejadian yang
Merupakan Prioritas Segera Dibawa ke
Rumah Sakit

Kecelakaan lalu lintas maupun kejadian yang menimbulkan korban sudah pasti menjadi bagian yang tidak bisa dianggap remeh, karena, bisa jadi korban yang bersangkutan adalah tetangga dekat bahkan salah satu anggota keluarga kita sendiri.

a. Menentukan korban yang perlu segera dibawa ke rumah sakit
Kriterianya berdasarkan:
1.        Korban jatuh bebas dari ketinggian > 6,5 meter.
2.        Kecelakaan kendaraan yang besar (tabrakan dengan truk kontainer).
3.        Korban tabrakan kendaraan kecepatan tinggi (di jalan bebas hambatan).
4.        Korban terlempar keluar kendaraan yang mengalami tabrakan.
5.        Korban yang terhimpit beban atau barang berat.
6.        Pengemudi dan petugas kendaraan yang mengalami tabrakan.
7.        Korban kecelakaan berat.
8.        Korban kecelakaan karena terhimpit reruntuhan bangunan.
9.        Korban kecelakaan tabrakan yang besar.

Setelah menentukan prioritas korban yang perlu mendapat pertolongan darurat, sekarang saatnya Anda melakukan penyelidikan lanjutan untuk menilai antara lain:
I.     Tanda-tanda yang vital:
·       Gerakan pernafasan:
-            Apakah ditemukan sumbatan saluran pernafasan sehingga kesadaran korban menurun (tidak menyahut sewaktu dipanggil dan ditanya), atau
-            Frekuensi pernafasan cepat (melebihi 30 kali/ menit) disertai sesak atau denyut pembuluh darah nadi pergelangan tidak teraba.
  • Frekuensi dan kekuatan nadi korban yang menderita pendarahan berat:
-          Biasanya cepat dan berdenyut kuat untuk mengisi darah ke organ-organ tubuh vital seperti jantung, otak dan ginjal.
  • Tingkat kesadaran korban:
-          Biasanya dinilai berdasarkan kriteria Glasgow. (lihat tabel I)
  • Pupil mata, bulatan di tengah bola mata:
-          Perlu diperiksa apakah bulatan simetris antara bola mata kiri dan kanan, dan apakah bulat lobang pupil teratur.
  • Suhu tubuh:
-          Kadang-kadang perlu menilai suhu tubuh di tempat kejadian, misalnya, korban tenggelam (biasanya suhu tubuh terlalu rendah/hipotermi) atau korban pingsan karena terik matahari (heat stroke) dimana suhu tubuh terlalu tinggi (hipertermi).
2. Keluhan utama korban dan riwayat kejadian yang mencelakakan atau yang menyebabkan keluhan/ penyakit:
  • Keluhan nyeri:
-          Tempat, kualitas, dan jenisnya apakah berdenyut seperti diiris-iris/ ditusuk­tusuk, atau
-          Justru tidak bisa dilukiskan jenis nyerinya dan apakah rasa nyeri menyebar ke tempat lain,
-          Apakah rasa nyeri semakin berkurang, atau semakin berat dengan berjalannya waktu.
3.    Obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
Apakah ada riwayat alergi dari korban:
  • Riwayat obat-obatan dan sifat alergi korban perlu diketahui selagi kesadaran korban mungkin masih baik sewaktu Anda temukan. Takut nanti setelah Anda bawa ke rumah sakit dalam perjalanan kondisinya memburuk sehingga sulit mendapatkan informasi dari korban.
4.    Pemeriksaan fisik korban secara lebih rinci mulai dari kepala sampai ibu jari kaki:
  • Terutama pemeriksaan infeksi (memperhatikan dengan seksama) dan palpasi (meraba dan memegang alat/bagian tubuh) misalnya, tulang leher, dada, perut, anggota tubuh dan punggung.
  • Perhatikan bagian muka, apakah ada luka terbuka, luka lecet, sembab, atau perubahan bentuk dan warna kulit.
  • Perhatikan bagian tubuh yang terkena langsung, misalnya, kepala sehingga korban pingsan atau koma, atau ada tanda-tanda tulang tengkorak melesak ke dalam atau pecah/ retak atau salah satu anggota terkulai lemah.
  • Perhatikan hidung dan mulut, apakah ada luka perdarahan, gigi yang lepas, dan lain-lain.
  • Perhatikan bagian mata, bila korban masih sadar bisa ditanyakan penglihatannya apakah jelas, atau berbaur dengan warna tertentu. Sekalian lakukan pemeriksaan pupil seperti sudah disebut sebelumnya di atas.
5.    Luka terbuka atau luka parut yang dalam:
  • Tidak perlu ditutup dengan benda tertentu karena bisa menambah pendarahan atau malah merusak persyarafan daerah luka.
  • Luka terbuka sebaiknya cukup ditekan dengan bahan lembut/verband bersih, boleh dilakukan ditekan selama 5 menit, kemudian dilepas, ditekan lagi dan dilepas sampai perdarahan berhenti.
6.    Tulang-tulang daerah muka dan kulit tengkorak diraba apakah ada kemungkinan patah tulang:
  • Karena korban yang mengalami patah tulang muka dan tengkorak adalah termasuk korban yang prioritas segera dibawa ke rumah sakit,
  • Seringnya patah tulang muka bersama-sama dengan kelainan di dalam tengkorak menimbulkan kerusakan jaringan otak.
b.    Tindakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan bantuan.
1.    Bersihkan saluran pernafasan agar jalan udara pernafasan tidak terhalang.
2.    Kalau ada, berikan oksigen, atau paling tidak, usahakan udara sekitar korban bebas lepas.
3.    Bila ada luka di daerah dada yang terbuka, usahakan ditutup dengan plester dan verband.
4.    Bila ada luka dengan perdarahan, usahakan menghentikan dengan menekan atau membendung luka tersebut yang sewaktu-waktu perlu dibuka untuk memberi kesempatan jaringan di ujung bendungan luka masih memperoleh darah.
5.    Tulang leher usahakan agar tidak bergeser-geser.
6.    Batasi gerakan setiap daerah yang diduga mengalami patah tulang apalagi bila ada patah tulang terbuka (patahan tulang dan luka berhubungan dengan udara luar)
Bila Anda sebagai pemeriksa pertama ragu-ragu dalam menentukan kondisi korban, lebih baik usahakan segera melarikan korban ke rumah sakit terdekat daripada membuang-buang waktu melakukan penyelidikan awal.


Keadaan yang Sering Terjadi di Rumah/Sekitar Kita dan Memerlukan
Pertolongan Darurat oleh Dokter/
Rumah Sakit

Akhir-akhir ini tanpa kita sadari sering muncul kejadian yang diakibatkan oleh penyakit yang sudah dikenal maupun tidak dikenal oleh masyarakat luas. karena hanya kalangan medis saja yang bisa mendeteksi penyakit-penyakit ini.
Untuk mengantisipasi keadaan yang sering terjadi di rumah/ sekitar kita dan memerlukan pertolongan darurat oleh dokter/ rumah sakit, perlu disimak kejadian­kejadian berikut ini:
a. Stroke
Suatu kelainan dimana terjadi kekurangan aliran darah ke jaringan otak, baik karena sumbatan pembuluh darah otak atau karena pecahnya pembuluh darah.
Stroke merupakan suatu kejadian yang sangat dramatis dan sering fatal bila tidak segera diperoleh pertolongan dari tenaga medis yang ahli. Untuk bila menemukan penderita tersangka stroke harus segera dilarikan ke rumah sakit karena pengelolaannya perlu tenaga ahli terutama untuk membedakan jenis stroke, apakah hanya sumbatan saja atau pecah pembuluh darah. Atau, malahan hanya suatu serangan stroke berlalu yang disebut TIA (transient inschaemic attack)
Stroke tidak selalu terjadi pada usia lanjut dan yang menderita darah tinggi. Bila terjadi pada usia relatif muda, misalnya pada usia 40-an atau kurang, seringnya karena kelainan darah yang disebut Hiperviscositas plasma dan hiperagregasi trombosit (kekentalan darah tinggi disertai sel pembeku darah bertendens bergumpal). Kelainan darah ini bisa terjadi pada penderita yang kholesterol darahnya tinggi atau perokok berat.
Gejala dan tanda-tanda umurn Stroke (mungkin ada), antara lain:
1.    Fungsi mental:
  1. Kesadaran menurun.
  2. Bingung.
  3. kesulitan berkomunikasi (mengerti pembicaraan tetapi bicara putus-putus).
  4. Sempoyongan.
  5. Kejang-kejang.
2.    Fungsi motorik terganggu.
  1. Tidak bisa bicara, atau bicara patah-patah.
  2. Kelemahan otot muka, mulut mencong sebelah.
  3. Tiba-tiba canggung dan lemah tangan atau kaki.
  4. Lumpuh sebelah atau kedua belah tubuh.
  5. Kesulitan menelan.
3.    Perubahan fungsi vital:
  1. Lebar pupil mata kiri kanan tidak sama.
  2. Nadi cepat atau sangat pelan tetapi intensitas kuat.
4.    Keluhan subjektit penderita:
  1. Kulit tubuh sebelah kurang peka atau mati rasa.
  2. Sakit kepala yang berat.
  3. Mual dan/atau muntah-muntah.
  4. Daya ingat kurang atau hilang sama sekali.
  5. Penglihatan terganggu atau buta sebagian.
b. Kejang
Seperti juga pada stroke, perlu petunjuk dari dokter di rumah sakit. untuk menentukan apakah menyeluruh, atau hanya kejang setempat.atau apakah kejang karena ayan, atau kejang karena suatu kelainan di otak, riwayat kejang, dan prioritas pertolongan yang diberikan untuk mengatasi kejang.
Secara umum kejang dibagi menjadi 2 (dua) jenis:
1. Kejang otot-otot menyeluruh (generalized)
2. Kejang otot setempat (lokal)
Kejang otot-otot menyeluruh (generalized)
  1. Grand mal, kejang otot seluruh tubuh, yang diawali keluhan subjektif (aura) misalnya seperti melihat kilatan cahaya, atau bunyi nada tinggi, atau perasaan tiupan angin dingin yang tiba-tiba. Kejang ini disertai penurunan kesadaran sampai koma. Biasanya penderita kejang jenis ini sampai rubuh dan jatuh di lantai atau di mana saja penderita berada.
  2. Petit mal diawali dengan penurunan kesadaran, kemudian disusul kedutan otot (myoclonic jerky) setempat dan biasanya jenis kejang ini terjadi pada anak-anak.
Kejang jenis petit mal juga ada 2 subjenis:
b. 1      Kejang otot setempat (focal motor seizure):
·           Pada kejang ini terlihat otot tertentu begerak-gerak atau
·           berkedut.
b.2       Kejang psikomotor (kejang lobus temporal otak):
·           Pada kejang ini terjadi perubahan perilaku dengan sedikit kejang otot.
·           Beberapa penderita sebelum kejang merasa sempoyongan atau merasakan pahit di dalam mulut, keluhan ini mirip dengan keluhan subjektif yang mendahului kejang grand mal.
·           Perubahan perilaku sampai pada marah-marah yang sangat tinggi dan tidak terkontrol. Penderita jenis kejang ini bisa hanya berjalan-jalan tanpa tujuan, atau bisa terjadi kerancuan daya ingat Berta halusinasi.
·           Perubahan perilaku pada penderita kejang jenis ini bisa tiba-tiba saja meremas-remas pakaiannya, menyeringai-nyeringai atau seperti mengemut sesuatu di dalam mulut.
·           Karena keadaan ini hanya kejang ringan penurunan kesadaran tidak sampai koma, petugas kesehatan sekalipun kadang-kadang mengalami kesukaran menegakkan diagnosa.
Penyebab Kejang
Pada beberapa penderita, kejang sudah terjadi sejak usia muda. lnilah alasan perlunya mengetahui riwayat kejadian kejang pada penderita.

Berikut ini dapat disimak kondisi yang menyebabkan terjadi kejang:
  1. Penderita dengan riwayat kejang sebelumnya dan jangan lupa minum obat anti­kejang (seperti luminal, dilantin atau tegretol). Penderita ini biasanya sudah sering kejang dan jatuh sebelumnya, hingga kita bisa menemukan bekas-bekas parut luka di lengan, pipi atau kaki.
  2. Terialu banyak minum alkohol.
  3. Overdosis obat.
  4. Gula darah turun pada penderita Diabetes yang menggunakan obat penurun gula darah, tetapi makanan yang masuk tidak seimbang dengan kalori yang dikeluarkan sehari-hari.
  5. Stroke.
  6. Benturan kepala.
  7. Radang selaput otak atau jaringan otak (meningitis atau encephalitis).
  8. Demam tinggi, terutama pada bayi.
  9. Jaringan otak kekurangan oksigen (hipoxia berat).
  10. lrama jantung terganggu (arythmia cordis).
  11. Tekanan darah tinggi, terutama pada perempuan hamil tua.
Beberapa keterangan yang diperlukan dalam menghadapi penderita kejang
Pada saat Anda menemukan penderita kejang, maka Anda bisa minta keterangan dari orang sekitar (saksi) atau dari penderita itu sendiri setelah kesadarannya pulih. antara lain:
  1. Nama, alamat dan nomor telepon saksi yang langsung melihat/menghadapi penderita kejang.
  2. Apakah penderita pingsan (koma) sejak awal kejadian kejang.
  3. Apakah penderita masih bisa berkomunikasi atau masih bereaksi dengan sekitarnya selama mengalami kejang.
  4. Apa yang sedang dikerjakan penderita sebelum kejadian kejang.
  5. Apakah penderita mengalami keluhan aura sebelumnya.
  6. Bagian tubuh mana yang pertama kejang, apakah daerah muka, atau lengan, dan kemudian berangsur meluas ke seluruh otot tubuh.
  7. Pada waktu kejadian, apakah otot-otot kaku atau lemas.
  8. Pada waktu kejadian, apakah mata melotot atau tertutup rapat.
  9. Pada waktu kejadian, otot mana yang terlebih dulu menunjukkan kejang, dan otot-otot mana yang belakangan kejang.
  10. Bagaimana wajah penderita, apakah pucat karena kurang darah.
  11. Apakah penderita menggigit lidahnya sewaktu kejadian kejang.
  12. Setelah kejadian berlalu bagaimana kesadaran penderita, apakah segera
    membaik, atau tetap kurang sadar sampai berapa lama setelah serangan berlalu.
  13. Apakah sebelum kejadian yang sekarang sudah pernah terjadi sebelumnya. Karena kejadian kejang pertama kali biasanya berisiko mengancam kehidupan si penderita.
  14. Bila penderita mengkonsumsi obat anti kejang sebelumnya, tentukan jenis obat tersebut dan dibawa sekaligus pada saat penderita dibawa kerumah sakit.
  15. Apakah ada gangguan pernafasan, atau gangguan atau kelainan jantung. selanjutnya dikelola oleh rumah sakit yang merawat.
c. Diabetes
Penderita diabetes perlu segera dibawa kerumah sakit karena dokter perlu menentukan peranan hormon insulin, jenis diabetes, apakah gula darahnya terlalu tinggi (hiper glikemi dengan kadar gula darah) atau malah terlalu rendah (hipo glikemi dengan kadar gula darah). Belakangan ini sudah banyak beredar alat untuk memeriksa kadar gula darah di pasaran. Kedua hal ini bisa saja terjadi sewaktu-waktu sehingga penderita diabetes perlu mengetahui tinggi rendahnya gula darah. Meskipun riwayat diabetesnya sudah ditangani oleh dokter ahli sekalipun. Di samping itu, penyakit ini berdampak buruk pada organ-organ vital lain seperti ginjal, jantung dan pembuluh darah hingga berisiko terjadi serangan stroke.
Kelainan terutama pada penderita adalah tubuhnya mengendalikan kadar gula darah dari makanan sehari-hari. Dan komplikasi untuk jangka waktu lama, gangguan pengendalian gula darah ini tetap terganggumeskipun mengkonsumsi obat-obatan diabetes bahkan sudah diobati hormon insulin sekalipun.
Kondisi yang menimbulkan turunnya gula darah (hipo glikemi)
Berikut ini adalah kondisi yang menimbulkan turunnya gula darah, yakni:
1.             Penderita yang mengkonsumsi obat anti-diabetes atau hormon insulin tetapi makanan yang masuk kurang dari kebutuhan kalori yang dibutuhkan sehari-hari, atau bekerja fisik berlebihan, walaupun tetap mentaati tidak mengkonsumsi gula.
2.             Penderita menggunakan insulin terlalu tinggi atau mengkonsumsi obat anti-diabetes terlalu tinggi.
Tanda-tanda dan keluhan penderita hipo glikemi
Tanda-tanda dan keluhan ini, antara lain:
1.        Merasa lapar.
2.        Kulit tampak pucat dun lembab.
3.        Sempoyongan, lemas dun gemetar.
4.        Bingung, gelisah dan berperilaku tidak biasa.
Tanda-tanda dan keluhan pada penderita glikemi
Tanda-tanda dan keluhan ini yakni:
1.        Sering buang air kecil.
2.        Nafsu makan hilang sama sekali.
3.        Badan lemas dan sempoyongan.
4.        Mual dan muntah-muntah.
5.        Gerakan nafas cepat dan dalam.
6.        Mulut terasa kering.
7.        Bau nafasnya seperti bau buah-buahan (dari sukrosa).
8.        Kesadaran bisa menurun sampai jatuh koma.
Untuk mengatasi tanda-tanda dan keluhan dari penderita hiper glikemi maupun hipo glikemi tersebut diatas, perlu langkah-langkah darurat yang hanya bisa dilaksanakan dirumah sakit.

d.    Jantung koroner
Belakangan ini kita semakin sering mendengar dan menghadapi penderita yang terserang penvakit jantung koroner. Agaknya hal ini berkaitan dengan perubahan pola hidup masyarakat sehari-hari seperti meluasnya konsumsi makanan cepat-saji yang tinggi lemak, minuman beralkohol dianggap trendi serta kurang aktivitas fisik akibat sulitnya mencari sarana olahraga dan rekreasi.
Pengenalan penderita jantung koroner
Yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner ialah kurangnya aliran darah ke otot­otot jantung akibat sumbatan total atau sebagian pembuluh darah jantung.
Perbedaan Hipoglikemi dan Hiperglikemi

Riwayat
Hipoglikemi
Hiperglikemi
Makanan
sehari-hari
Kurang
Berlebihan
Penggunaan
Relatif tinggi
Relatif kurang
obat penurun
disamping makanan
Di samping makanan
gula darah dan
yang, masuk
yang dikonsumsi
insulin
berkurang.
Lebih banyak dari biasa
Keluhan
Rasa lapar tetapi
Mengeluh haus

tidak haus dan
tetapi  keinginan

jarang desertai
makan tidak ada.

muntah-muntah
sering kencing

Tidak diikuti sering
dengan air seni

kencing, dan air
seni    biasanya sedikit
banyak.
Tanda-tanda
Bau  nafas dan
Nafas berbau buah-
fisik
gerakan pernafasan   
buahan. Gerakan

biasa dan nadi, dan
pernafasan dan nadi

kulit penderita
cepat (sesak napas

pucat  dan  lembab
dengan kulit papas

disertai kejang-kejang


dan kering. tetapi
jarang disertai kejang.
Pengaruh
Kondisi penderita
Tidak berpengaruh
pemberian gula
segera membaik.
memperbaiki
keluhan

Seringnya serangan terjadi sewaktu penderita melakukan aktivitas yang sangat melelahkan, baik aktivitas fisik maupun pikiran/dan psikis. Seperti pada stroke, sumbatan pembuluh darah jantung sering terjadi pada penderita yang mengalami hiper viscositas plasma dan hiper agregasi trombosit.
Pada awal serangan penderita mengeluh nyeri yang amat perih di dada kiri (disebut angina) disertai keringat mengucur dan dada seperti dihimpit beban yang amat berat sehingga penderita merasa sulit bernafas.
Bantuan pertama yang dapat Anda lakukan adalah:
  • Memberikan oksigen kalau ada serta memberikan obat anti-sakit yang tinggi seperti tramadol dan sejenisnya.
  • Untuk amannya segera penderita dibawa ke rumah sakit.
  • Dijaga supaya penderita tidak melakukan gerakan fisik seperti berjalan atau duduk-duduk dan bercakap-cakap, karena dikhawatirkan sumbatan pembuluh darah jantung meluas ke pembuluh darah yang lain, dan memperluas daerah jantung yang mengalami kekurangan aliran darah.
Sebagai pencegahan:
Ditanyakan segera apakah korban pernah konsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Jantung (DSPD) dan pernah diberi tahu bahwa ada penyumbatan di pembuluh darah jantung. Anjurkan agar jangan lupa minum obat yang biasanya rutin dikonsumsi untuk jangka waktu lama. untuk menghancurkan bekuan atau melebarkan pembuluh darah.
Dalam keseharian, diharapkan berperilaku pola hidup sehat.
·           Kurangi makanan berlemak.
·           Kendalikan berat badan agar tetap ideal.
·           Olahraga yang teratur.
·           Kontrol tekanan darah dan kadar kholesterol.
·           Hindari merokok dan minuman beralkohol.
·           Hiduplah bersahaja.

e.    Pingsan/koma
Yang dimaksud dengan koma adalah terjadi penurunan kesadaran sehingga korban tidak menyadari dirinya (tidak bereaksi atas rangsangan yang diberikan) dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.
Korban yang benar-benar pingsan/atau koma tidak membuka mata meskipun diberikan berbagai rangsangan misalnya perintah atau rangsangan nyeri, tidak mampu berbicara, dan tidak mampu bergerak. spontan.
Masyarakat awam sering mengacaukan pingsan karena gangguan kesadaran/koma atau pingsan karena kurangnya oksigenisasi ke sel-sel jaringan vital (Shock).
Penyebab pingsan/koma
Berikut ini dapat disimak penyebab antara lain:
1)        Mabuk alkohol.
Biasanya bau nafas korban berbau alkhol dan ditemukan botol alkohol di dekatnya.
Dan bisa ditanyakan orang sekitar/temannya bahwa dia memang peminum alkohol.
2)    Pingsan kejang (ayan = epilepsi).
Biasanya sudah pernah terjadi sebelumnya. Seringnya di dalam tas penderita ditemukan obat anti-kejang, atau kalau di negara maju, ada tanda digantung di leher korban dari dokter yang menyatakan bahwa yang bersangkutan penderita ayan (epilepsi). Orang sekitar bisa ditanyakan bahwa proses terjadinya kejang tiba-tiba.
3)    Penderita diabetes yang menggunakan obat hormon insulin.
Biasanya ditemukan alat suntik insulin yang kecil atau obat pentium darah di dalam kantong atau tas korban.
4)    Over dosis obat-obatan.
Korban mungkin mau bunuh diri atau kesalahan makan obat atau memang pengguna narkoba. Hal ini bisa dilihat adanya bekas suntikan di lengan korban.
5)    Penyakit gagal ginjal.
Karena ginjal tidak mampu membuang sisa-sisa metabolisme tubuh seperti ureum.Karena penyakit gagal ginjal sudah lama dialami/ kronis, mungkin organ-organ vital lain juga sudah terganggu sehingga korban pingsan karena ureum tinggi ini termasuk prioritas utama untuk dibawa ke rumah sakit.
6)    Trauma.
Terutama pada daerah kepala.
7)    Gangguan pernafasan.
Korban mengalami hambatan kelancaran aliran udara pernafasan. Seperti korban tenggelam dan penderita dengan riwayat menderita penyakit gangguan pernafasan
8)    Infeksi.
Biasanya badan korban panas tinggi (demam), atau ditemukan tanda-tanda infeksi yang berat.
9)    Keracunan.
Korban berada di lingkungan udara yang tercemar seperti gas CO dari asap mobil di garasi runrah atau tempat parkir bawah tanah.
10)  Stroke.
Bila terjadi stroke akibat perdarahan di jaringan otak (intracerebral hemoragis) korban biasanya mengidap penyakit darah tinggi sebelumnya. Korban biasanya mengeluh sakit kepala yang amat berat sebelum pingsan. Kemudian menyusul terjadi kelumpuhan pada sebelah anggota.
Bantuan pertama yang dapat Anda lakukan adalah:
  • Korban koma prioritas segera dilarikan rumah sakit
  • Usahakan jalan nafas tidak terhalang, misalnya longgarkan dasi dan lepas kancing baju dan ikat pinggang, dan tempatkan korban di udara bebas, jangan di tempat yang pengap dan di antara kerumunan penonton.
  • Jangan lupa menjaga agar tulang leher difiksasi/tidak banyak bergerak.
  • Kalau ada, berikan bantuan oksigen.
  • Periksa pembuluh nadinya untuk mengetahui apakah korban hipotensi atau menderita gangguan irama jantung.
  • Nilai tingkat berat koma menurut Glasgow (lihat Tabel I).
  • Lihat refleks pupil korban terhadap rangsangan cahaya. Bila tidak ada senter, bisa dengan cara membuka kelopak mata dan menutupnya kembali. Jika refleks pupil sudah tidak ada dan lubang pupil mata kiri dan kanan tidak simetris, maka menunjukkan ancaman kehidupan bahwa ada kelainan di jaringan otak. Begitu juga refleks anggota kiri dan kanan.

f. Shock
Suatu keadaan dimana terjadi kekurangan perfusi (aliran darah ke sel-sel tubuh khustisnya pada sel-sel jaringan vital), sehingga sel kekurangan oksigen dan makanan yang mengakibatkin fungsi sel berhenti atau sel/jaringan malahan mati dan akan berakibat fatal.
Seperti penderita koma, shock juga merupakan prioritas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada awal terjadi kekurangan aliran darah pada sel/jaringan, menimbulkan sel kekurangan oksigen (hipoxia) dan lama-kelamaan sisa-sisa pembakaran sel berupa asam tertumpuk (=acidosis). Keadaan ini masih bisa diperbaiki dengan pemberian oksigen dan infus cairan di rumah sakit. Tetapi bila shock berlangsung lama, tidak bisa diperbaiki lagi, dan alat-alat vital sudah rusak dan berakibat fatal.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar