BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Promosi Kesehatan di Indonesia
telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan
lainnya mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka paradigma sehat menuju visi Indonesia sehat.
Visi promosi kesehatan mengindikasikan
tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi
tersebut adalah benar – benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau
impian, tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut menunjukkan
dinamika atau gerak maju dari suasana lama (ingin diperbaiki) ke suasana baru (ingin dicapai). Visi tersebut juga
menunjukkan bahwa bidang promosi
kesehatan adalah aspek budaya (kultur) yang menjanjikan perubahan dari dalam
diri manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Sedangkan, misi promosi kesehatan yaitu menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh promosi kesehatan dalam mencapai
visinya. Misi promosi kesehatan juga berfokus pada upaya dan kegiatan yang perlu
dilakukan. Dari misi tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan
serempak.
Selanjutnya, strategi promosi Kesehatan menunjukkan
bagaimana cara menjalankan misi dalam rangka mencapai visi. Strategi promosi
kesehatan menunjukkan ketiga strata masyarakat yang perlu
digarap. Strata primer adalah masyarakat langsung perlu digerakkan peran
aktifnya melalui upaya gerakan atau pemberdayaan masyarakat. Strata sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau
diajak bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar
diteladani masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media tradisonal,
adat atau media apa saja sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat.
Sedangkan strata tersier adalah para pembuat
keputusan dan penentu kebijakan yang perlu dilakukan advokasi, melalui berbagai
cara pendekatan sesuai keadaan, masalah serta potensi yang
ada. Ini dilakukan agar kebijakan berwawasan sehat sehingga memberikan dampak positif bagi kesehatan.
Dengan visi, misi dan strategi
seperti ini, promosi Kesehatan juga jelas
akan melangkah dengan mantapnya di masa depan. Namun visi, misi dan strategi
tersebut juga harus dapat dioperasionalkan secara lebih nyata di lapangan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat. Oleh karena
itu, perawat membuat makalah ini dengan tema Visi, Misi dan Strategi Promosi
Kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja visi dari promosi
kesehatan?
2.
Apa saja misi dari promosi
kesehatan?
3.
Bagaimana strategi – strategi yang
diterapkan dalam promosi kesehatan?
4.
Identifikasikan apa saja masalah
dalam pelaksanaan strategi promosi kesehatan?
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang visi misi dan
strategi yang diterapkan dalam promosi kesehatan.
2.
Tujuan Khusus
a)
Menjelaskan visi dari promosi
kesehatan.
b)
Menjelaskan misi dari promosi
kesehatan.
c)
Menjelaskan strategi – strategi yang
diterapkan dalam promosi kesehatan.
d)
Mengidentifikasikan masalah dalam
pelaksanaan strategi promosi kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Strategi Promosi Kesehatan
Untuk
mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan
pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut strategi, yakni teknik atau
cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan
tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.
B. Visi Promosi Kesehatan
Visi adalah
impian, cita – cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan atau
program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau suatu program
yang seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab dengan visi dan misi
tersebut institusi atau program mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai.
Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan (khususnya Indonesia) tidak terlepas
dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam
Undang – Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya,
sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia
harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia
tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan : “Masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Adapun visi
promosi kesehatan anatara lain :
1.
Mau (willigness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2.
Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3.
Memelihara kesehatan, berarti mau
dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari gangguan – gangguan
kesehatan.
4.
Meningkatkan kesehatan, berarti mau
dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena
derajat kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis
tidak statis.
C. Misi Promosi Kesehatan
Untuk
mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya diperlukan upaya – upaya. Upaya – upaya untuk
mewujudkan visi ini disebut misi promosi
kesehatan yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
Menurut
(Ottawa Charter, 1984) secara umum misi promosi kesehatan ini ada 3 hal antara
lain :
1.
Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan
terhadap para pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan
atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut
penting. Oleh sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat
tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2.
Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai
misi mediator atau menjembatani antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain
sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitran di
bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting sebab tanpa
kemitraan niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah – masalah
kesehatan yang begitu kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3.
Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan
mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan
mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti baik secara
langsung atau melalui tokoh – tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus
memberikan keterampilan – keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di
bidang kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi banyak
faktor luar kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh
sebab itu, dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka
keterampilan di bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan
dan sosial lainnya perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan ini (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
D. Strategi Promosi Kesehatan
Untuk
mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik. Strategi
adalah cara yang digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan dalam promosi
kesehatan sebagai penunjang program – program kesehatan yang lainnya seperti
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Strategi ini diperlukan dalam
mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan (Mubarak dan Nurul, 2009).
Berdasarkan
rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal
yaitu :
1.
Advokasi (Advocacy)
Advokasi
yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan
dan penentu kebijakan dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar
kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat (Mubarak dan Nurul,
2009).
Advokasi
adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah
pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai
sektor dan tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program
kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan
dapat berupa kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan dalm bentuk undang –
undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya.
Kegiatan
advokasi ini ada bermacam – macam bentuk, baik secara formal atau informal.
Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin
diharapkan dukungan dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara informal,
misalnya mengunjungi pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk
secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dana atau
fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah
para pejabat baik eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat dan sektor yang
terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2.
Dukungan Sosial (Social Support)
Promosi
kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai elemen yang
ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat antara lain berasal dari unsur
informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh di masyarakat
serta unsur formal seperti petugas kesehatan dan pejabat pemerintah (Mubarak
dan Nurul, 2009).
Tujuan
utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masarakat (penerima program)
kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat
pada dasarnya adalah mensosialisasikan program – program kesehatan agar
masyarakat menerima dan mau berpartisipasi terhadap program tersebut.
Oleh sebab
itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya membina suasana yang
kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini anatara lian :
pelatihan – pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada
tokoh masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian sasaran utama dukungan sosial
atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
3.
Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan
adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat secara
langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan anatara lain : penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi,
pelatihan – pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan
meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam
pemeliharaan kesehatan contohnya, terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos
obat desa, berdirinya polindes dan sebagainya. Kegiatan – kegiatan semacam ini
di masyarakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat
itu sendiri (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Konferensi
internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula
strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5 butir, yakni :
1.
Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu
strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat
kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan – kebijakan publik yang mendukung
atau menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain, agar kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat – surat keputusan dan sebagainya, selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan
atau undang – undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk
mendirikan pabrik, perusahaan rumah sakit dan sebagainya. Setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pejabat publik harus memperhatikan dampaknya terhadap
lingkungan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2.
Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
Hendaknya
setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus memperhatikan dampak pada
lingkungan sekitar agar mempermudah promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud
di sini bukan saja lingkungan fisik, tetapi lingkungan non – fisik yang
kondusif terhadap kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Strategi ini
ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar
mereka menyediakan sarana – prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya
perilaku sehat bagi masyarakat atau sekurang – kurangnya pengunjung tempat –
tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung bagi kesehatan tempat – tempat
umum antara lain : tersedianya tempat sampah, buang air besar atau kecil, air
bersih, ruangan bagi perokok dan non perokok serta lain sebagainya. Jadi, para
pengelola tempat – tampat umum seperti pasar, terminal, stasiun kereta api,
bandara, pelabuhan, mall harus menyediakan sarana – sarana untuk mendukung
perilaku sehat bagi pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3.
Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
Sudah
menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan kesehatan itu
ada provider dan customer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah
pemerintah, sedangkan swasta dan masyarakat adalah pemakai atau pengguna
pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan dioreintasikan
bahwa masyarakat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan
kesehatan, tetapi sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan baik
pemerintah ataupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat
agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan
kesehatan tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan masyarakat. Dalam
mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangatlah
penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
4.
Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Diharapkan
tiap – tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya, mengenai penyebab penyakit,
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang
layak jika mereka atau anak – anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul,
2009).
Kesehatan
masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga dan
kelompok – kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan
individu, keluarga serta kelompok dapat terwujud. Strategi untuk mewujudkan
keterampilan individu (personnel skill)
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal
dari peningkatan keterampilan dalam memelhara dan meningkatkan kesehatan mereka
ini adalah memberikan pemahaman – pemahaman kepada anggota masyarakat tentang
cara – cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan
sebagainya. Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat
individual daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
5.
Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk
mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan – kegiatan untuk
kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus mendorong serta memacu kegiatan
– kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang
kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
E. Permasalahan Strategi Promosi
Kesehatan
Untuk mewujudkan perubahan ke arah
perilaku hidup sehat di masyarakat tidak mudah begitu saja diwujudkan. Fakta
membuktikan dari pengalaman negara maju dan berkembang banyak faktor yang
menghambat dan salah satu faktor terbesar yang dirasakan adalah kurangnya
faktor pendukung berupa sarana dan prasarana di masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat. Walaupun kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi
lingkungan, pentingnya gizi yang baik, manfaat imunisasi, pelayanan kesehatan,
perumahan sehat, ventilasi rumah, pencahayaan yang baik dan lain sebagainya
sudah cukup baik, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas yaitu
tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas
imunisasi, adanya pelayanan kesehatan, kemudahan memperoeh rumah yang layak,
maka rasanya sangat sulit bagi masyarakat untuk dapat mewujudkan perilaku hidup
sehat sebagaimana yang diharapkan tersebut (Mubarak dan Nurul, 2009).
F. Pemilihan Strategi Promkes
1.
Ceramah
a.
Membagi
informasi, mempengaruhi pendapat, merangsang pemikiran berdasarkan pesan verbal
b. Sasaran biasanya pasif, sedikit interaksi dengan narasumber atau peserta
lainnya
c. Mudah digunakan tapi sulit dikuasai
2.
Media
Massa
a.
Saluran
komunikasi yang menjangkau sasaran luas
b.
Umumnya,
sasaran tidak atau sedikit usaha untuk menerima pesan
c. Strategi ini tidak efektif karena pesan tidak
dapat dikhususkan untuk sasaran tertentu
d. Strategi ini efisien karena biaya yang murah
dalam skala ekonomi
Contoh : televisi, radio, koran, majalah,
outdoor media
3.
Instruksi
individu
Dalam tatanan pasien, disebut konseling
a.
Bersifat
individual, digunakan bila perbedaan karakteristik sasaran sangat besar
b.
Penyuluh
memberikan advokasi solusi permasalahan kesehatan berdasarkan kebutuhan
individual
c.
Tidak
efisien bagi penyuluh, tapi efisien bagi sasaran
4. Simulasi
Simulasi adalah metode ekperiental di mana model
situasi nyata digunakan untuk merangsang atau membantu proses pembelajaran. Semakin mirip dengan situasi nyata semakin baik
simulasi tersebut Bentuk simulasi : permainan, drama, bermain peran (role
playing), model komputerisasi
Simulasi cocok untuk meningkatkan motivasi dan
mengubah sikap.
- Modifikasi Perilaku
a.
Memodifikasi
perilaku spesifik berdasarkan prinsip pengkondisian melalui rangsangan dan
konsekuensi
b.
Teori :
rangsangan (antecedent) à perilaku spesifik à konsekuensi (positif/negatif)
Contoh
rangsangan : iklan televisi
Contoh
konsekuensi positif : hadiah, pujian
Contoh
konsekuensi negatif : sanksi
- Pengembangan Masyarakat
Proses yang berorientasi kepada metode
pengorganisasian masyarakat yang menekankan pada pengembangan kemampuan,
keterampilan dan pemahaman pada masyarakat tertentu. Strategi ini berdasarkan kemandirian,
kesepakatan bersama dalam pemecahan masalah.Penyuluh bertindak sebagai
fasilitator. Evaluasi strategi ini lebih sulit dibandingkan strategi lain karena efeknya
terjadi dalam waktu yang lama
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam promosi kesehatan terdapat
visi, misi dan strategi yang diperlukan agar terselenggaranya promosi kesehatan
baik dan adanya peningkatan kesehatan di masyarakat. Adapun visi promosi
kesehatan yaitu mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan,
memelihara kesehatan, meningkatkan kesehatan. Misi promosi kesehatan antara
lain sebagai advokat, menjembatani dan memampukan. Sedangkan strategi dalam
pelaksanaan promosi kesehatan diantaranya advokasi, dukungan sosial juga
pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan strategi promosi tidak semuanya berjalan
dengan baik karena masih banyak masalah yang menghambat salah satu
faktor terbesar yang dirasakan adalah kurangnya faktor pendukung berupa sarana
dan prasarana di masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
B. Saran
Dalam mewujudkan promosi kesehatan
yang bisa meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dibutuhkan kerja
sama antara unsur – unsur yang meliputi pemerintah, petugas kesehatan dan
masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, taraf kesehatan masyarakat bisa
dipelihara atau bahkan ditingkatkan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Mubarak,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.(2009).Ilmu
Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.Salemba Medika : Jakarta.
Notoatmodjo,
Soekidjo.(2010).Promosi Kesehatan Teori
dan Aplikasi.Rineka Cipta : Jakarta.
http://ikaarista.blogspot.com/2011/12/strategi-promosi-kesehatan.html